Wednesday, December 30, 2009

Istana Budaya , Adat Bangsa

Daripada lenbah sungai,
Terpesona singgahsana,
Banggunan tinggi megah,
Menggapai awan nan biru.

Aku ajak bernyanyi,
Disamping syair dan lagu
Melarik Mata Pena asmara
Yang mengambarkan  menara.

Disebalik selindang biru
Tersimpul satu azimat ,
Dari yang maha kuat ,
Agar haram halal tidak bersatu ,

Gema gemalai senyum
Keasyikan kota raya
Malam dingin jadi gema
Gamat di bistro dan bar.

Inikah hakikat ?
Inikah rahmat ?
Inikah hikmat  ?
Tipu daya kotaraya ..?

Asyik leka bersuka ria
Hingga lali lalai syariat
Tiang panji bersemi
Yang bukannya teka teki ..

Sungguh aneh lagi hairan
Fitnah Dombaan bak amalan
Tikam menikam sampai padam
Yang Zalim diangkat mandat..

Berani kerana benar
Kecundang dek tipu daya
Dan jua amalan rasuah
Antara nampak dan nyata

Walau berbeda zahirnya
Namun serupa pada nada
Selari pada kadar sama
Walau sebutan tak sama.

Lang Puteh-- Jitra Kedah
afifmalaya.blogspot.com

Saturday, December 19, 2009

Allah Rabbi Rabbuna Rabbukum

Dia yang satu,
Mempunyai hak,
Kita hanya pinjaman,
Isikan dirimu.

Apa yang perlu diisi,
Isilah gentar dan takut,
Kita memohon ampun maaf,
PadaNya yang maha pengampun.

Diulek mimpi siang malam,
Terkapa mengapa disana,
Tapi disini sakit perit,
Alam Nyata dan Ghaib bersama.

Ilmu kotor dan jijik,
Dikutip ambil,
Tanpa ilmu sedalam isi,
Ibarat menangguk air yang keruh.

Bingkaslah bangun sedar segala,
Penipuan shak wasangka,
Menjadi batil dalam rakus,
Dunia oh dunia.

Duit ringgit jadi ukuran,
Upah segala jadi sukatan,
Tidak mengenal dirimu tuan,
Hidup dalam bayang igauan.

Nauzubillah hi min Za lik
Aukama Qall
Inna Lillah
Al-Fatihah.

Friday, December 18, 2009

Wasiat

Bulan baru bulan hijrah,
Manusia mula bertingkah,
Berfikir amalan baik buruk,
Amalan sebati dalam diri.

Bukanlan lakonan duniawi,
Tersenyum angkuh bukan soalan,
Ditimbang disukat oleh malaikat,
sungguh tepat dan padat.

Berhati hati memberi syafaat,
Amalan baik meninggallan wasiat,
Segala tersirat jadi tersurat,
inilah dia dinamakan hakikat.

Melihat hutan belantara hijau,
Bila kemarau kuning daunnya,
Cukup hari luruhlah ia,
Tanpa sentuhan sesiapa.

Itu tanda dia yang agung,
Memerintah dunia seorang diri,
Tidak berkehendak kepada mahluk,
Wujudnya sendiri Rabbi Alamin.

Kita takot menjadi iman,
Mendengar melihat dia yang Maha,
Kita kerdil lagi halus,
Halusnya kita bagaikan buih.

Dia pengampun dia yang Rahim,
Mintalah segala yang kita mahu,
Dari pandangan hakikat,
Berilah padaku Engkau yang berhak.

Umpan SiaKap dengan udang,
Kalau lah rezki sotong pun boleh,
Sekali meenyentap bersorak sorai,
Gagal si pancing kerana Rezki.

Belajar ilmu bertahun tahun,
Yang mana manfaat jadikan pedoman,
Gunalah dia dengan manfaat,
Jangan jadikan amalan Khurafat.

MAAL HIJRAH 1431

Friday, December 11, 2009

Apa Erti Laduni....



Ilmu ini datang dengan lahiriah atas seseorang hamba yang Allah S.w.T mengkehendakinya,Ianya dapat dibezakan dengan pemahaman potongan ayat Al quran .Selain itu hati yang terbuka hijab yang memperoleh gerakan cahaya hati.

Dengan pemahaman hati tersebut, seorang hamba dapat memahami secara langsung makna yang dikandung didalam ayat-ayat Al-Qur’an yang sedang dibaca maupun didengar. Berupa pemahaman yang amat luas dan universal sehingga kadang-kadang tidak mampu diuraikan baik melalui ucapan maupun tulisan. Pemahaman akan ma’na ayat yang didalamnya sedikitpun tidak dicampuri keraguan sehingga dapat menjadikan iman dan takwa seorang hamba kepada Allah Ta’ala menjadi semakin kuat.

Dalam menafsiri firman Allah SWT.:

إِنَّهُ لَقُرْآَنٌ كَرِيمٌ (77) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (78) لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia. Pada kitab yang terpelihara.Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan” . QS. al-Waqi’ah.56/77-79.

Ulama’ berbeda pendapat dalam mengartikan Al-Muthohharuun (Orang-orang yang disucikan).
a). Dari Ibnu Abbas ra. yang dimaksud al-Kitab adalah kitab yang ada di langit, tidak ada yang menyentuhnya kecuali para malaikat yang disucikan. Seperti itu pula pendapat Anas, Mujahid, Ikrimah Said bin Jabir. Rodhiallahu ‘Anhum.
b). Yang dimaksud Al-Qur’an disini adalah mushhab, maka tidak menyentuhnya kecuali orang yang suci dari junub dan hadats. Dengan dalil apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda :

وَلاَ يَمُسُّ الْقُرْآَنَ إِلاَّ طَاهِرٌ
“Dan tidak menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci”.
*Tafsir Ibnu Katsir ayat 79 surat al-Waqi’ah*

c). Tidak dapat menyentuh terhadap pemahaman-pemahaman Al-Qur’an yang qodim (rahasia ilmu laduni) kecuali orang-orang yang hatinya bersih dan suci dari kotoran-kotoran manusiawi. Allah SWT. mengisyaratkan hal tersebut dengan firmannya :

وَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآَخِرَةِ حِجَابًا مَسْتُورًا (45) وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آَذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِذَا ذَكَرْتَ رَبَّكَ فِي الْقُرْآَنِ وَحْدَهُ وَلَّوْا عَلَى أَدْبَارِهِمْ نُفُورًا

“Dan apabila kamu membaca Al-Qur’an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, yaitu dinding yang tertutup * Dan Kami adakan tutupan diatas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya”. QS.al-Isra’.17/45-46.

Dari ayat diatas jelas menunjukkan bahwa orang yang mambaca atau mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an belum tentu memahami isinya, karena yang dibaca tersebut adalah Al-Qur’an hadits. Terhadap al-Qur’an yang hadits ini siapa saja dapat menyentuhnya. Adapun yang dipahami adalah Al-Qur’an yang qodim atau rahasia-rahasia dari ilmu laduni, terhadap al-Qur’an yang qodim ini tidak semua orang dapat menyentuhnya kecuali orang yang beriman dengan kehidupan akhirat. Sebab, yang dimaksud dengan membaca atau mempelajari adalah amalan lahir, sedangkan memahami adalah amalan bathin. Yang dibaca adalah yang lahir sedangkan yang dipahami adalah yang bathin. Maka tidak dapat menyentuh yang bathin kecuali dengan alat yang bathin pula, yaitu matahati yang cemerlang.

2). Bukti kebenaran Al-Qur’an.
Salah satu tanda-tanda kebenaran Al-Qur’an ialah bahwa isinya membenarkan isi kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Yang demikian itu menunjukkan bahwa kitab-kitab samawi tersebut adalah sama-sama wahyu dari Allah Ta’ala.

3). Ilmu yang diwariskan.
Lafad “Kami wariskan”, artinya pemahaman hati tersebut diturunkan kepada orang yang menerima dengan tanpa usaha. Diturunkan semata-mata dari kehendak Allah Ta’ala, meski itu merupakan buah ibadah yang dijalani oleh seorang hamba. Oleh karena ilmu tersebut diturunkan sebagai warisan, maka tentunya yang menerima warisan itu harus mengetahui dengan pasti siapa yang mewariskan ilmu tersebut kapada dirinya. Dengan asumsi seperti itu, maka pemahaman ini hanya dapat dihasilkan dari rahasia pelaksanaan tawasul secara ruhaniyah kepada orang yang ditawasuli. Maksudnya, rahasia sumber ilmu laduni itu hanya dapat terbuka dari sebab pelaksanaan tawasul kepada orang-orang yang telah terlebih dahulu mendapatkan warisan ilmu laduni dari para pendahulunya. Jadi, ilmu laduni itu adalah ilmu yang ada keterkaitan dengan ilmu para guru mursyid sebelumnya, guru-guru Mursyid tersebut sebagai pewaris sah secara berkesinambungan sampai kepada Maha Guru yang agung yaitu Baginda Nabi Muhammad Rasulullah saw.

Ayat diatas menjadi bukti bahwa ilmu laduni yang dimaksud bukanlah sesuatu yang didapatkan dari hasil bertapa didalam gua-gua di tengah hutan atau di kuburan angker—yang kemudian orang itu mendapatkan “linuwih” atau kelebihan-kelebihan dan kesaktian—yang datangnya tidak dikenali dari mana sumber pangkalnya. Ilmu laduni adalah ilmu yang diturunkan Allah Ta’ala didalam hati seorang hamba yang dipilihNya melalui proses tarbiyah azaliah, sebagai buah ibadah yang dijalani.

Kalau ada kelebihan atau kesaktian yang didapatkan orang dari hasil berburu dengan mujahadah dan bertapa di hutan-hutan, meski orang tersebut kemudian dapat berjalan cepat seperti mukjizatnya Nabi Sulaiman as. misalnya, kelebihan seperti itu bisa jadi merupakan kelebihan yang datangnya dari fasilitas makhluk Jin. Kelebihan seperti itu terkadang hanya sebagai istidroj (kemanjaan sementara) belaka, yang kemudian sedikit demi sedikit akan dicabut lagi bersama kehancuran pemilikinya. Terlebih lagi apabila kelebihan-kelebihan itu dibarengi dengan sifat sombong dan takabbur, sehingga cenderung hanya dijadikan alat untuk unjuk kesaktian yang dipamerkan kepada orang banyak, jika demikian keadaannya, maka itu dapat dipastikan bahwa kesaktian tersebut hanyalah istidroj belaka. (bersambung)




Sejak ilmu laduni itu memancar di hati seorang hamba, maka segera saja hamparan hati itu menjadi bagaikan sungai yang bermata airnya, meski sedang datang musim kemarau panjang, sedikitpun airnya tidak pernah berkurang. Atau seperti pelita di dalam kaca kristal yang sumbunya berminyak; “yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api” QS.an-Nur/24. Pelita itu akan memancarkan sinarnya setiap saat, meski sumbunya tidak pernah lagi dibasahi minyak. Hal tersebut bisa terjadi, karena rahmat Allah lebih dahulu dipancarkan sebelum pemahaman itu diturunkan, sehingga hamparan dada itu menjadi tambang ilmu yang tidak pernah berhenti memancar, meskipun disaat kesempatan untuk membaca dan mendengarkan sudah tidak dapat kembali terulang.Bahkan terkadang ilmu laduni yang muncul itu sedikitpun belum pernah tertulis dalam buku dan kitab yang ada. Berupa ilmu pengetahuan dan pemahaman yang aktual dan akplikatif. Hasil perpaduan ayat yang tersurat dengan ayat yang tersirat yang mampu menjadi solusi persoalan yang sedang aktual. Sebab, ketika kitab-kitab yang sudah ada itu sedang ditulis pada zamannya, keadaan yang sedang terjadi itu memang belum pernah dimunculkan oleh zaman. Seperti itulah contohnya, maka Al-Qur’an al-Karim diturunkan kepada Baginda Nabi saw. dengan cara berangsur-angsur.


Wahyu Allah itu diturunkan ayat demi ayat dengan mengikuti proses perkembangan keadaan dan zaman, sehingga mampu menjadi solusi dari setiap timbulnya tantangan dan kesulitan. Sungguh sangat beruntung orang-orang yang berusaha bersungguh-sungguh mendapatkannya, meski kemudian sampai mati dia belum juga pernah berhasil mencicipi kenikmatannya, namun yang pasti minimal pernah mencium bauhnya.

Kita kena sedar dan yakin bahawasanya Allah memasukkan hamba- hambanya dalam Syurga bukan dengan amalan hambanya tapi dengan Rahmat dan EahimNYa...wallah hu a'lam

Saturday, December 5, 2009

warisan laduni: Rezki Tidak Bermanfaat

warisan laduni: Rezki Tidak Bermanfaat

Rezki Tidak Bermanfaat




Secara umum rekzi itu nikmat,
Apakah dia itu nikmat,
Nikmat itu beroleh berkat,
Berkat ialah tidak terikat.

Kekadang nampak macam sarat,
Rupanya penuh dengan muslihat,
Bimbang takut ianya cacat,
Musnah dengan perkara maksiat.

Kulindung diriku dari rezki,
Bukan kerna tabiat sombong,
Takut jadi istidrat,
Lemah qudrat bukan keparat.

Sulam amalan dengan rahsia,
mengelak dari celahan Ilahi,
Allah satu Dia Ilahi,
Kita merancang Dia memberi.

Memberi bukan senang mengerti,
Bersih dari empunya hakiki,
Siapa dia memberi rezki,
Tanpa mengadah balasan beri,

Apa yang aku rasa,
Apa yang aku harap,
Bukan Kaya Harta,
Tapi kaya hati.

Lot 21 0800 pm 5 december 2009

Friday, December 4, 2009

Pelajar Madani



Ilmu itu anugerah,
Dia datang dengan mencari,
Tidak mengira rendah dan tinggi,
Mencari ,mengaji ,dan mentelaah.

Ia nya wajib dituntut,
Dari buaian hingga liang lahad,
Terus menerus mengikut zaman,
Anak, ibu ayah dan semua.

Pelbagai cabang dan jurusan,
Pentadbiran, sastera, scince dan undang-undang,
Seluruh cabang jadi perhatian,
Untuk kegunaan sepanjang zaman.

Aku memang miskin harta,
Aku luah dengan bahasa,
Bahasaku bahasa Melayu,
Perantara Ku dengan Guru.

Guru yang memberi jalan,
Jalan pedoman jalan syariat,
Jalan benar Jalan Hakikat,
Ilmu, ilmu dan Ilmu.

Akulah murid
Akulah Penuntut,
Dengan Cara - cara ku,
Dengan jalan hidupku.....